Header

Kuliah Umum hari kedua : Kamis, 11 November 2021

 






             Kuliah umum sesi dua pada hari Kamis 11 November 2021 dengan pembawa acara Zacky Hosen. Kuliah diawali dengan pembukaan oleh Jumeri, S.TP., M.Si selaku Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek beliau menyampaikan bahwa Bimtek pembatik merupakan program keunggulan dan berharap semoga melalui bimtek PembaTIK ini para guru dapat meningkatkan kompetensinya di bidang TIK sesuai standar UNESCO dan dapat memanfaatkan portal rumah belajar sebagai media dalam pembelajaran. 
         Paparan Kuliah umum sesi ini disampaikan oleh Maman Suherman seorang penulis, pegiat literasi, konsultan komunikasi. Pembelajaran yang disampaikan menganut filosofi pendidikan Ki hajar Dewantara yang mencakup 3 aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan Psikomotorik (praktik) selaras dengan istilah nonton, niteni dan nirooke. Pada pendidikan usia dini, pembelajaran yang diberikan adalah menonton, dengan menonton, maka indera lain akan terstimulus sehingga anak akan menandai apa yang dilihat, didengar, dirasa. Tahap menandai ini diistilahkan niteni. setelah menandai atau niteni, diharapkan guru menjadi suri tauladan sehingga siswa nantinya akan menjadi peniru-peniru luar biasa dalam hal kebaikan. Pada taraf pembelajaran berikutnya pada taman muda, taman madya, taman dewasa, pada taraf ini tidak lagi patrap triloka yang dipakai tapi yang dimunculkan adalah pembelajaran yang ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Dalam pendidikan tidak hanya mengerti namun setelah membaca, diharapkan bisa menangkap apa yang yang mereka baca, bisa mengambil poin-poin yang dibaca sehingga mereka mampu masuk di level 2 yaitu "ngrasa". Ki Hajar Dewantara mengajak kita dalam mengajar , siswa selain bisa mengerti namun juga bisa ngrasa sehingga mereka akan terlatih psikomotoriknya dan pada akhirnya mereka akan bisa nglakoni atau praktik yang dapat mengahasilkan produk barang dan jasa dan sampai pada perkembangan karakter anak. 

               Perkembangan TIK saat ini diwarnai dengan era "Dwi Kewarganegaraan" yaitu sebagai warga negara sekaligus warganet. Perkembangan negatif media massa yang saat ini cenderung nirmoral, niretika, nir empati, yang penting viral bukan yang penting benar. Era digital saat ini juga mengutamakan kecepatan, yang penting share bukan share yang penting. Sungguh sangat disayangkan ketika terjadi kisruh di grup whatshapp akibat share tanpa konfirmasi apakah berita itu benar atau tidak, pun ketika dikritik jawabannya ringan saja hanya share dari warung sebelah. Fenomena yang terjadi saat ini akibat perkembangan teknologi digital, diharapkan para peserta pembaTIK level 4 ini mampu mewujudkan keamanan digital, mampu menjaga bahwa pembelajaran berbasis TIK berlangsung aman tidak diisi dengan pembelajaran yang membahayakan, baik diri maupun siswanya. Etika digital sangat penting diterapkan, karena bisa membedakan mana yang boleh, mana yang tidak. Sejak munculnya digitalisasi murid Indonesia memiliki dwi kewarganegaraan yaitu sebagai warga negara dan warga net, hal ini tentu sangat berbahaya sekali karena informasi globalisasi begitu mudah didapatkan, apalagi hasil riset mencatat bahwa pengguna internet di indonesia rata-rata memerlukan waktu 8 jam 52 menit per hari, artinya sepertiga waktu dalam sehari dipakai untuk berselancar di dunia maya. Kemudian rata-rata orang Indonesia dalam menggunakan media sosial membutuhkan waktu 3 jam 14 menit per harinya. Hal inilah yang perlu kita perhatikan dalam memberikan pendidikan kepada anak didik.

            Pernyataan Tidak ada anak yang bodoh, hanya saja mereka belum menemukan guru yang baik dan metode yang baik memang benar adanya. Guru yang baik adalah guru yang bisa memberikan motivasi dan inspirasi. Metode yang baik adalah metode yang bisa membuat persoalan sulit menjadi mudah. Apalagi generasi milenial saat ini terbiasa dengan mencari hal yang mudah dan hal yang menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, hindari virus 3T yaitu 1) Techer talking time, guru mengajar, guru belajar, jangan pernah percaya bahwa ketika anak berhadapan dengan kita, anak itu mendengar dan mengikuti pembelajaran yang diberikannya, namun pastikan bahwa anak tersebut melakukan aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran. Utamakan dialog dengan mereka, siswa jangan dicekoki dengan pernyataan-pernyataan klise, tanpa makna, anak diberikan sebatas menghafal, tidak diajar untuk mensintesis dan menganalisis.  2) Task Analysis. Pada saat mulai pembelajaran, jangan biasakan untuk langsung masuk ke materi namun anak diberikan gambaran tentang materi dan sedekat apa materi itu dengan keseharian (Kontekstual learning). 3) Tracking. Hindari pengelompokan siswa dengan kemampuan kognitif. Jangan mencipptakan stigma siswa pintar dan siswa bodoh. 

          Sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Kang Maman Suherman bahwa surga itu tidak mudah, surga itu tidak murah, surga harus diusahakan untuk diraih dan salah satu pekerjaan yang setengah langkahnya sudah di surga adalah guru, karena guru mengajak untuk belajar dan menyampaikan ilmu yang bermanfaat, jika ilmu itu diamalkan tentu itu menjadi ladang amal untuk meraih surga nantinya. Untuk itu guru harus selalu meningkatkan ilmu pengetahuan, Mengupgrade ilmunya, agar bisa menunjang tugasnya sebagai seorang pendidik yang bisa menginspirasi dan menggerakkan anak didiknya agar menjadi manusia yang cerdas dan berguna untuk kemajuan bangsanya. agar bisa memberi arti bagi murid-muridnya dan menjadi obor di tengah kegelapan. Jadilah guru yang memberi arti kepada siswa dan jadilah obor sebagai penerang di kegelapan. Belajar Di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. salam Rumah belajar. 





        

Posting Komentar

0 Komentar